Kesalahan Teknik Triangulasi dalam Teknik Analisis Data Kualitatif
Tidak hanya teknik analisis data kuantitatif saja yang memiliki kesalahan dalam proses analisis. Nyatanya teknik analisis data kualitatif pun juga sama saja. Memang tidak bisa dipungkiri, kesalahan itu pasti ada. Namun bagaimana caranya agar si peneliti bisa belajar dari kesalahan tersebut. Salah satu proses yang penting dalam teknik analisis data baik penelitian yang sifatnya itu kuantitatif ataupun kualitatif adalah uji validitas data.
Uji validitas adalah uji yang mengukur ketepatan dan kesahihan data antara objek penelitian dengan yang dilaporkan oleh peneliti. Sebenarnya uji validitas ini bisa dilakukan baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Salah satu teknik uji validitas yang diterapkan dalam penelitian kualitatif adalah Triangulasi data.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat melakukan penelitian, mengumpulkan, dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.
Dalam kaitannya dengan hal ini, ada empat macam teknik triangulasi, yaitu (1) triangulasi data/sumber (data triangulation), (2) triangulasi peneliti (investigator triangulation), (3) triangulasi metodologis (methodological triangulation), dan (4) triangulasi teoretis (theoritical triangulation). Kira-kira kesalahan apa aja yang biasanya terjadi saat melakukan teknik triangulasi data dalam penelitian kualitatif? Nih, kita bakalan kasih infonya buat kalian ya sahabat DQLab!
1. Kesalahan Pemahaman Terkait Konsep Triangulasi
Kesalahan yang sering umum terjadi dalam melakukan teknik triangulasi adalah kurangnya pemahaman soal konsep triangulasi. n, terutama terkait dengan adanya kesalahpahaman pemaknaan dan penerapan triangulasi, sesuai dengan kategori jenisnya.
Sebagaimana diketahui bahwa teknik triangulasi itu ada empat jenis, yakni triangulasi: 1) sumber; 2) metode; 3) penyidik/peneliti; dan 4) teori. Keempat teknik triangulasi tersebut mempunyai terminologi dan konsep sendiri-sendiri dan berbeda, termasuk juga berbeda implikasi penerapannya.
Sebagai contoh, ada skripsi yang diklaim uji validitasnya dengan menggunakan jenis triangulasi sumber, tetapi setelah diperiksa lebih lanjut, yang digunakan bukan triangulasi sumber melainkan yang lain. Triangulasi sumber mestinya dimaknai sebagai kegiatan kross cek data dengan melibatkan pelbagai pihak di luar sumber data utama.
Pihak-pihak tersebut diyakini mempunyai relevansi dan hubungan yang dekat dengan subjek penelitian utama. Akan tetapi kenyataannya, skripsi-skripsi yang menjadi sampel sasaran penelitian ini banyak yang menerjemahkan pemahaman triangulasi sumber dengan mencampuradukkan pemahaman dengan teknik triangulasi jenis lainnya, misalnya metode.
Baca juga : Langkah-Langkah Menggunakan Teknik Analisis Data Kualitatif
2. Ketidakjelasan dalam Penentuan Jenis Triangulasi yang Dipakai
Pada kategori ini peneliti, dalam metode penelitiannya, mengklaim menggunakan teknik triangulasi, tetapi tidak terdapat kejelasan triangulasi yang digunakan. Dalam kasus ini, kecenderungannya, peneliti hanya menyebutkan menggunakan teknik triangulasi dan memberikan definisi triangulasi tersebut secara umum, sehingga tidak ada kejelasan metodologis dapat dipertanggungjawabkan.
Padahal kita tahu bahwa jenis triangulasi sendiri banyak variasinya. Bisa triangulasi teori, waktu, sumber maupun triangulasi dari penelitinya sendiri yang digunakan dalam penelitian. Hendaknya jika kalian menggunakan teknik triangulasi bisa disebutkan secara spesifik memakai triangulasi jenis apa.
3. Tafsiran dan Subjektivitas Pendapat Soal Triangulasi
Terkadang mahasiswa mengalami kesulitan terkait dengan penggunaan teknik triangulasi. Apalagi dalam meja konsultasi, seringkali mahasiswa berselisih paham dengan dosen perihal pendapat soal teknik triangulasi data yang dipakai dalam penelitian kualitatif.
Asumsinya ketika mahasiswa mendapatkan bimbingan dan atau arahan yang benar terkait dengan penerapan metode triangulasi untuk uji validitas data sebagaimana dimaksud, sangatlah mungkin pelbagai kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam penelitian dan penulisan skripsi tersebut akan dapat dihindarkan.
Kemungkinan tafsir yang lain atas fenomena tersebut adalah, bisa jadi dosen (baik sebagai pengampu mata kuliah metodologi penelitian maupun sebagai pembimbing skripsi) kurang memahami persoalan tersebut, sehingga berbagai praktik dan tindak kesalahan dalam penerapan teknik triangulasi oleh mahasiswa tidak disadari sebagai sebuah kesalahan, sehingga terusmenerus mendapatkan pembiaran karena dianggap sebagai realitas kebenaran. Salah satu caranya adalah perlunya pemahaman secara utuh mengenai teknik triangulasi data dalam analisis kualitatif.
4. Kehadiran Expert Judge dalam Pengumpulan Data
Seringkali kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa saat melakukan penelitian kualitatif adalah menghadirkan expert judge atau pendapat dari para ahli. Sebenarnya bisa-bisa aja kalian ingin melakukan validasi kebenaran kepada orang-orang yang ahli di bidangnya.
Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, atasan yang menugasi, dan teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari beberapa sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti menghasilkan kesimpulan yang selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.
Seharusnya uji ini dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan sumber yang relevan dan berhubungan dekat dengan sumber utama (atasan divisi) untuk melihat sejauh mana kebenaran informasi yang disampaikan tersebut didukung oleh pihak-pihak terkait yang memang mengetahui topik tersebut. Dalam konteks pihak lain sebagai sumber tersebut, sama sekali tidak dipersyaratkan sebagai seorang ahli/pakar (expert judgement).
Oleh karena itu, penghadiran expert judgement dalam konteks penelitian seperti kasus-kasus di atas merupakan tindakan yang sama sekali tidak dibenarkan secara keilmuan, kecuali memang jenis penelitian itu adalah yang termasuk dalam kategori penelitian pengembangan.
Baca juga : Contoh Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kuantitatif
Sekarang kalian jadi tahu kan bahwa dalam penelitian kuantitatif saja yang terdapat kesalahan. Penelitian kualitatif pun nyatanya sama. Tapi ngobrolin tentang kesalahan jangan sampai kejadian sama kalian ya Sahabat DQ! Pengen jago analisis data tapi minim kesalahan? Yuk belajar bareng sama DQLab! Mau belajar teknik analisis data dengan data science dan machine learning lebih dalam? Yuk belajar bersama DQLab.
Kamu bisa loh untuk coba bikin akun gratisnya kesini di DQLab.id dan lakukan signup untuk dapatkan info-info terbaru seputar data science.
Nikmati pengalaman belajar data science yang menarik dan coba ngoding praktis di DQLab dengan live code editor.
Penulis: Reyvan Maulid