Buat Akun DQLab & Akses Kelas Data Science Python, R, SQL, Excel GRATIS!

Tutorial Penggunaan Machine Learning untuk Deteksi Penipuan

Belajar Data Science di Rumah 17-Oktober-2025
https://dqlab.id/files/dqlab/cache/3-longtail-senin-07-2024-10-27-121956_x_Thumbnail800.jpg

Fenomena penipuan digital semakin meningkat setiap tahun, dan data membuktikannya. Menurut laporan Global Economic Crime and Fraud Survey oleh PwC tahun 2024, lebih dari 51% perusahaan di dunia mengalami kasus penipuan dalam 24 bulan terakhir, dengan kerugian global mencapai lebih dari $42 miliar.

Di sinilah Machine Learning (ML) hadir sebagai solusi cerdas, membantu bisnis mengenali pola transaksi mencurigakan secara otomatis dan real-time. Dalam artikel ini, kamu akan belajar langkah demi langkah bagaimana membangun sistem deteksi penipuan sederhana menggunakan Python dan algoritma Machine Learning.

1. Siapkan Python dan Library yang Digunakan

Langkah pertama, pastikan kamu sudah menginstal Python (versi 3.8 atau lebih baru). Selanjutnya, instal beberapa library penting berikut melalui terminal atau Jupyter Notebook:

Berikut penjelasan singkat:

  • Pandas dan NumPy untuk manipulasi data.

  • Scikit-learn untuk membangun model ML.

  • Matplotlib dan Seaborn untuk visualisasi hasil.

Jika kamu ingin mencoba model yang lebih kompleks, bisa juga menambahkan XGBoost atau LightGBM untuk performa deteksi yang lebih cepat dan akurat.


Baca juga: Bootcamp Machine Learning & AI for Beginner


2. Eksplorasi Data

Setelah library siap, tahap berikutnya adalah eksplorasi dataset. Dataset populer yang sering digunakan adalah Credit Card Fraud Detection Dataset dari Kaggle. Dataset ini berisi lebih dari 280.000 transaksi kartu kredit, di mana hanya sekitar 0,17% di antaranya adalah penipuan, yang menunjukkan ketidakseimbangan kelas yang cukup signifikan.

Kamu bisa mulai dengan memuat data:

Lakukan analisis awal seperti:

  • Jumlah total transaksi

  • Persentase data fraud vs non-fraud

  • Korelasi antar fitur

Ini akan membantumu memahami karakteristik data dan menentukan langkah preprocessing yang sesuai.

3. Pra-pemrosesan Data

Langkah ini sangat penting agar model bisa belajar dengan baik. Beberapa hal yang perlu kamu lakukan:

  • Menangani missing values (jika ada).

  • Normalisasi atau standardisasi data agar skala antar fitur seimbang.

  • Menangani data imbalance dengan teknik seperti SMOTE (Synthetic Minority Oversampling Technique) atau undersampling.

Contohnya:

Teknik ini membantu model tidak bias terhadap data mayoritas (transaksi normal).

4. Pembuatan Model Machine Learning

Sekarang kamu siap membangun model. Untuk pemula, algoritma Random Forest atau Logistic Regression adalah pilihan tepat karena mudah digunakan dan hasilnya cukup akurat. Contoh pembuatan model sederhana:

from sklearn.ensemble import RandomForestClassifier

from sklearn.model_selection import train_test_split


X_train, X_test, y_train, y_test = train_test_split(X_res, y_res, test_size=0.2, random_state=42)

model = RandomForestClassifier(n_estimators=100, random_state=42)

model.fit(X_train, y_train)


5. Evaluasi Model

Evaluasi sangat penting untuk menilai performa model dalam mendeteksi penipuan. Gunakan metrik seperti:

  • Precision: seberapa akurat model mendeteksi penipuan.

  • Recall: seberapa banyak penipuan berhasil dideteksi.

  • F1-score: keseimbangan antara precision dan recall.

Untuk kasus fraud detection, recall yang tinggi seringkali lebih penting agar tidak ada kasus penipuan yang terlewat.


Baca juga: Mengenal NLP, Salah Satu Produk Machine Learning


6. Analisis Fitur (Feature Importance)

Mengetahui fitur mana yang paling berpengaruh membantu memahami pola di balik prediksi model. Contohnya:

Fitur dengan nilai importance tinggi bisa menjadi indikator utama, misalnya transaction amount atau time of transaction yang mencurigakan.

7. Ringkasan Hasil

Dari hasil eksperimen, kamu bisa mendapatkan model dengan akurasi di atas 98%, tergantung pada dataset dan parameter yang digunakan. Namun, yang lebih penting adalah model mampu mendeteksi transaksi fraud secara real-time tanpa banyak kesalahan. Model semacam ini bisa diterapkan di sektor perbankan, e-commerce, hingga fintech, di mana keamanan transaksi menjadi prioritas utama.

Deteksi penipuan hanyalah salah satu contoh nyata bagaimana Machine Learning bisa memberikan dampak besar bagi bisnis. Bayangkan, dengan algoritma yang tepat, kamu bisa membantu perusahaan menghemat miliaran rupiah dari kerugian transaksi fraud, sekaligus meningkatkan kepercayaan pelanggan.

Kalau kamu ingin belajar membangun model AI dari nol hingga bisa diterapkan di kasus nyata seperti ini, maka langkah terbaik adalah mulai sekarang juga. Melalui Bootcamp Machine Learning and AI for Beginner, kamu akan belajar langsung praktik membangun model prediktif, memahami konsep supervised dan unsupervised learning, hingga membuat proyek AI yang siap dipresentasikan secara profesional.


FAQ:

1. Data seperti apa yang dibutuhkan untuk membuat model deteksi penipuan?

Biasanya kamu memerlukan data transaksi yang berisi informasi seperti jumlah transaksi, waktu transaksi, lokasi, metode pembayaran, dan status transaksi (fraud atau tidak). Semakin lengkap dan bersih datanya, semakin akurat model yang kamu bangun.

2. Algoritma Machine Learning apa yang paling sering digunakan untuk deteksi penipuan?

Beberapa algoritma populer adalah Logistic Regression, Random Forest, XGBoost, dan Neural Network. Algoritma ini efektif dalam mendeteksi pola tidak biasa (anomaly detection) yang sering muncul pada aktivitas penipuan.

Postingan Terkait

Mulai Karier
sebagai Praktisi
Data Bersama
DQLab

Daftar sekarang dan ambil langkah
pertamamu untuk mengenal
Data Science.

Buat Akun


Atau

Sudah punya akun? Login